- Pada hari kedua di Mentawai, saya dan Anti berkesempatan berkunjung ke rumah seorang dari Suku Mentawai. Sebelumnya, kami sudah pernah membaca dan mendengar cerita mengenai Suku Mentawai dan kebudayaannya yang terpelihara. Kali ini, kami hendak berkenalan langsung dan melihat seperti apa kehidupan sehari-hari Suku Mentawai di Pulau Siberut.
Menggunakan perahu bermotor, kami menempuh perjalanan sekitar empat puluh dari Muara Siberut untuk mencapai perkampungan terdekat. Kami menuju hulu Sungai Gereget yang lebar dan berair tenang. Di kanan kiri terdapat hutan bakau dan pohon sagu yang rimbun. Sesekali kami berpapasan dengan Suku Mentawai yang sedang menaiki pompong (perahu kayu tradisional Mentawai).
Sampailah kami pada uma (rumah khas Mentawai) yang berdiri di tepi sungai. Teman Mentawai kami, Tutulu, dan keluarganya menyambut hangat sembari mengucap, "aloitta?" yang artinya "apa kabar?". Perhatian saya seketika terpusat pada tato yang menghiasi tubuh sebagian besar orang dewasa yang ada di sana, baik di tubuh lelaki maupun perempuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tengah obrolan, Tutulu dan kakaknya yang merupakan seorang sikerei (dukun budaya) lalu bercerita mengenai pembuatan tato khas Mentawai. Tato, mereka menyebutnya titi, adalah salah satu bagian dari ekspresi seni dan perlambang status orang dari Suku Mentawai. Dulu, tato populer di kalangan baik lelaki maupun perempuan Mentawai yang telah dewasa. Kini, hanya sebagian kecil suku Mentawai yang masih bertato. Sebagian dari mereka bisa ditemui di pedalaman Pulau Siberut.
Tato dibuat oleh seorang sipatiti (pembuat tato). Proses pembuatan tato memakan waktu yang lama, terutama pada tahap persiapannya yang bisa sampai berbulan-bulan. Ada sejumlah upacara dan pantangan (punen) yang harus dilewati oleh orang yang ingin ditato. Tak semua orang sanggup melewati tahap ini.
Sebelum sipatiti mulai membuat tato, ada ritual upacara yang dipimpin oleh sikerei (dukun budaya Mentawai). Tuan rumah lalu mengadakan pesta dengan menyembelih babi dan ayam. Daging babi dan ayam ini juga sebagai upah yang diberikan untuk sikerei. Tutulu bercerita bahwa ntuk menyelenggarakan pesta membuat tato ini saja bisa menghabiskan biaya sekitar lima juta rupiah.
Jarum yang digunakan terbuat dari tulang hewan atau kayu karai yang diruncingkan. Dengan mengetok-ngetoknya, terciptalah garis-garis yang merupakan motif utama tato suku Mentawai. Pewarna yang digunakan berasal dari arang yang menempel di kuali. Sikerei yang merupakan kakaknya Tutulu berkata bahwa biasanya pembuatan tato dimulai dari telapak tangan, tangan, kaki lalu tubuh. Selama beberapa hari, kulit yang baru ditato akan bengkak dan mengeluarkan darah. Membayangkannya saja saya ngeri.
Konon, tato Mentawai termasuk seni tato tertua di dunia, bahkan lebih tua dari tato Mesir. Sayangnya, kini hanya sebagian kecil saja suku Mentawai yang masih mempertahankannya. Hal ini akibat adanya larangan Pemerintah terhadap berkembangnya ajaran animisme di masa lalu. Tato adalah salah satu produk budaya yang kemudian perlahan menghilang. Ratusan motif tato yang pernah menghiasi penduduk asli Mentawai pun tidak sempat terdokumentasi. Bahkan Tutulu yang kami kenal pun, menghiasi tubuhnya dengan tato gambar bunga dan jangkar yang jelas bukan motif asli tato Mentawai.
Tertarik membuat tato khas Mentawai?
Pengalaman para peserta ACI lainnya dapat dilihat di
PEKAN ini di Pier 36, Kota New York, Amerika Serikat, kompetisi tato paling bergengsi di dunia digelar. Seniman Tato asal Indonesia, Akbar Tawakkal atau Ata, mampu meraih prestasi gemilang dengan memboyong dua penghargaan.
Ata meraih penghargaan untuk kategori Color Realism yang merupakan kategori untuk pemenang yang mampu membuat tato serasa hidup. Penghargaan kedua untuk Ata melalui kategori The Best Large Color yang membuat seniman tato harus bisa mengaplikasikan warna yang jelas di gambar yang besar.
Kompetisi yang terkenal dengan sebutan 'The New York Tattoo Convention' itu mengumpukan para seniman tato dari berbagai belahan dunia untuk memamerkan keahlian, kreativitas, dan seni mereka.
Baca juga : Jungkook BTS Ungkap Tato Favoritnya
Dalam kompetis itu, Ata harus bersaing dengan seniman tato terkenal dunia yang punya gaya dan kreativitas masing-masing.
"Indonesia punya budaya yang kaya. Ini beneran bukti bahwa bakat bisa meroket tanpa ada yang batasin, dan bisa tampil di panggung internasional," kata Ata.
Baca juga : Biddokes Polda Jawa Timur Pecahkan Rekor Muri Hapus Tato 1.390 Orang
Keberhasilan Ata diharapkan jadi inspirasi buat seniman tato yang lain di Indonesia dan di seluruh dunia.
"Ini menunjukkan kalo dengan semangat, kerja keras, dan komitmen buat sempurnain bakat, siapa pun bisa jadi hebat, bahkan di panggung tato internasional yang gede banget kayak gini," imbuhnya. (Z-5)
JAKARTA – Bagi masyarakat Suku Mentawai, Sumatra Barat, tato adalah pakaian abadi dalam mengarungi kehidupan dan menghadapi kematian. Rajahan yang ada di tubuh mereka, melambangkan sebuah filosofi dan strata sosial kehidupan si pemilik tato.
Misalnya, mereka yang sehari-hari bekerja dan memiliki keahlian sebagai pemburu, maka gambar tato yang akan dibuat akan berhubungan dengan perburuan. Biasanya gambar yang dibuat adalah hewan buruan seperti babi, atau busur panah yang mereka gunakan.
Lalu, jika orang tersebut sehari-hari bekerja sebagai nelayan, maka desain tato yang dibuat adalah mata suba, mata jaring hingga mata kail. Satu hal yang pasti, apapun latar belakangnya, tato yang tergambar di badannya harus melambangkan keseimbangan antara alam dan penghuninya.
Dalam kepercayaan suku Mentawai, tato memiliki tiga fungsi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang. Pertama, sebagai identitas diri sebagai warga keturunan suku Mentawai. Kedua, sebagai penanda status sosial dan profesi yang mereka jalani.
Ketiga, tato ini dibuat sebagai hiasan tubuh atau keindahan semata. Bagi mereka yang menggunakan makna ini, tato akan dibuat dengan desain yang lebih baik dan kualitas gambar yang benar-benar diperhatikan.
Tiga fungsi itu akan menemukan satu tujuan, yaitu masing-masing dari mereka bisa saling membaca jati diri lawan bicarannya. Hal baiknya, mereka bisa saling menghargai perbedaan dan status sosial yang ada di masyarakat suku Mentawai.
Perlu diketahui, tato milik suku Mentawai adalah seni tato tertua di dunia. Sejarah mencatat tato Mentawai sudah ada sejak tahun 1.300 sebelum Masehi atau 200 tahun lebih dahulu daripada tato Mesir yang ditemukan pada 1.500 sebelum Masehi.
TradisiPembuatan tato bagi suku Mentawai sendiri juga tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Suku Mentawai yang masih memegang teguh kepercayaan nenek moyang yakni Arat Sabulungan, menginstruksikan bahwa pembuatan tato harus melewati beberapa ritual tertentu.
Sabulungan sendiri memiliki makna sa (sekumpulan) dan bulung (daun). Artinya sekumpulan daun itu (tato) dirangkai dalam lingkaran yang terbuat dari pucuk enau atau rumbia yang diyakini memiliki tenaga gaib.
Arat Sabulungan mengatur bahwa bagi mereka yang berkelamin laki-laki dan sudah memasuki usia 11 tahun, orang tuanya harus segera memanggil sikerei dan rimata atau kepala suku. Mereka akan berunding dalam menentukan hari dimana anak mereka bisa melaksanakan penatoan sebagai simbol menjadi keturunan suku Mentawai.
Setelah tanggal disepakati, proses selanjutnya adalah menghubungi Sipatiti atau seniman tato suku Mentawai. Untuk memakai jasa sipatiti, si pemilik hajat harus membayarnya dengan seekor babi dan bukan menggunakan uang.
Proses selanjutnya ialah dilakukannya upacara punen Enegat yang dipimpin Sikerei di puturukat atau di galeri tato milik Sipatiti. Kemudian penatoan awal atau yang biasa disebut dengan Janji Gagak Borneo akan dilakukan pada pangkal lengan.
Setelah usianya beranjak dewasa, penatoan akan dilanjutkan menggunakan pola darukat di dada, titi teytey di pinggang dan punggung, titi rere pada paha dan kaki, titi puso di atas perut, dan titi tatep di dada.
Untuk alat-alat yang digunakan untuk menato mengandalkan barang dari alam yang mudah didapat. Alat perajah yang digunakan adalah lilipat patitik yang berbentuk dua kayu. Satu ujungnya adalah jarum, sementara ujung lainnya adalah pemahat.
Jarumnya sendiri terbuat dari kayu karai atau tulang binatang yang diruncingkan. Dahulu kala untuk mendesain tato menggunakan lidi yang digoreskan ke kulit seseorang yang akan ditato. Akan tetapi seiring berkembangnya zaman desain itu dipola menggunakan spidol agar mengurangi rasa sakit.
Sementara untuk memberikan pewarnaan, suku Mentawai menggunakan olahan jelaga atau butiran arang yang biasanya menempel pada tungku masak di dapur. Juga bisa menggunakan daun pisang untuk memberikan warna hijau.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Tato tradisional adalah salah satu tradisi prasejarah yang tidak memiliki catatan yang dapat ditelusuri kapan diciptakannya. Tato Mentawai adalah salah satunya. Namun, ada gagasan yang menyatakan bahwa tato Mentawai tertua di dunia. Asumsi ini menjadi perdebatan di dunia akademik dan tersebar di media-media digital. Sebahagian orang meyakininya asumsi itu sebagai sebuah kebenaran. Bahkan asumsi ini dijadikan sebagai acuan yang sahih dalam membuat sebuah kebijakan publik di Mentawai. Argumen ini telah menuai kontroversi di masyarakat Mentawai. Setelah mengulas sumber-sumber ilmiah yang mendasari munculnya asumsi tato Mentawai tertua di dunia fakta-fakta berbeda ditemukan tentang tato tradisional Mentawai. Berdasarkan fakta-fakta itu disimpulkan adalah bahwa tato traditional Mentawai sebagai yang tertua di dunia tidaklah berdasar.
Nationalgeographic.co.id—Seorang arkeolog yang mengikuti firasat telah menemukan tato figural tertua di dunia pada tubuh dua mumi berusia 5.000 tahun dari Mesir. Dua mumi tersebut ialah Gebelein Man A dan Gebelein Woman.
Gambar yang didapatkan dari penggunaan inframerah ini mengungkapkan tato banteng liar (Bos primigenius) dan domba barbary (Ammotragus lervia) di lengan atas mumi yang dijuluki Gebelein Man A.
Sementara mumi lainnya, seorang perempuan yang dikenal sebagai Gebelein Woman, memiliki tato berbentuk S dan linier di lengan atas dan bahunya. Para arkeolog menyimpulkan bahwa inilah penemuan mumi perempuan tato tertua yang pernah ditemukan.
“Meskipun kita cenderung berpikir bahwa prasejarah (waktu sebelum mengenal menulis) adalah primitif dan agak sederhana, jelas ini adalah waktu yang canggih dan orang-orangnya pasti terlihat luar biasa,” ujar Renée Friedman, peneliti utama studi sekaligus direktur Ekspedisi Hierakonpolis, yang dipimpin oleh Universitas Oxfords Ashmolean Museum, di Inggris.
Firasat Friedman muncul setelah dia dan rekannya menemukan kuburan Nubia di Hierapolis di Mesir Hulu yang berasal dari Kerajaan Tengah awal, atau sekitar 2000 SM.
Para arkeolog menemukan bahwa 3 wanita kuno yang dimakamkan di kuburan memiliki tato yang luas, terutama di perut mereka. Tato satu wanita terlihat dengan mata telanjang, dan tato 2 lainnya terungkap dengan fotografi inframerah.
“Ini adalah wahyu karena kami benar-benar tidak dapat melihat tato pada dua wanita lain ini tanpa kamera (inframerah),” kata Friedman.
"Ini memberi saya gagasan bahwa lebih banyak tato mungkin tidak terdeteksi dan tradisinya mungkin lebih jauh ke belakang daripada Kerajaan Tengah," sambungnya.
Baca Juga: Arkeolog Menemukan Mumi Putri Bertato Berusia 2.500 Tahun di Siberia
Tato dengan motif huruf S pada lengan dan bahu mumi wanita (Gebelein Women), diyakini tato itu memiliki tujuan mistis atau religius.
Pada saat itu, Friedman adalah seorang kurator penelitian dalam koleksi pradinasti di British Museum. Jadi, dia memutuskan untuk mencoba kameranya pada mumi Predinastik yang terpelihara dengan baik di sana, yang memiliki pelestarian kulit yang baik dan tidak tersembunyi dalam pembungkus mumi.
Friedman menganalisis 7 mumi dan menemukan tato pada dua di antaranya adalah mumi alami Gebelein Man A dan Gebelein Woman, yang berasal dari sekitar 3351 SM hingga 3017 SM.
“Penemuan ini mendorong mundurnya tato di Afrika selama lebih dari 1.000 tahun,” kata Friedman.
Baca Juga: Mumi Belalang Terawetkan dalam Lukisan Olive Trees Karya Van Gogh
Mumi Gebelein Man A dan Gebelein Woman tersebut berasal dari periode pradinasti Mesir sebelum negara itu disatukan di bawah firaun pertama sekitar 3100 SM. Arkeolog menggali Gebelein Man A sekitar 100 tahun yang lalu, dan dia telah dipajang hampir terus menerus sejak itu.
Berdasarkan pemindaian computed tomography (CT) oleh peneliti sebelumnya, ketika Gebelein Man A masih muda, antara 18 dan 21 tahun, dia meninggal karena luka tusuk di punggungnya.
Analisis baru gambar inframerah menunjukkan bahwa noda hitam di lengannya sebenarnya adalah tato dua hewan bertanduk yang tumpang tindih. Kemungkinan banteng liar dengan tanduk rumit dan ekor panjang, dan domba barbary dengan tanduk melengkung dan bahu berpunuk.
Tato juga tidak dangkal, siapa yang pernah membuatnya menerapkan pigmen berbasis karbon (kemungkinan jelaga) ke lapisan dermis kulit yang dalam.
“Tidak jelas apa arti tato ini, tapi mungkin itu simbol kekuatan atau bahkan tanda perburuan yang sukses,” kata Friedman.
Baca Juga: Rosalia Lombardo, Mumi Anak-anak Korban Virus Flu Spanyol 1920
Gebelein Man, yang memiliki tato figuratif tertua di dunia.
Sebaliknya, tato Gebelein Woman tidak menunjukkan binatang, melainkan serangkaian 4 bentuk S kecil yang berjalan di bahu kanannya. Di bawah tanda-tanda ini ada motif linier yang mirip dengan benda-benda seremonial yang dipegang oleh tokoh-tokoh yang dilukis di atas keramik dari periode itu.
Mungkin baris ini mewakili tongkat bengkok, simbol kekuasaan dan status, atau tongkat pelempar atau tongkat yang digunakan dalam tarian ritual. Para peneliti menyebut akan mudah untuk melihat tato wanita itu ketika dia masih hidup, dan mereka mungkin telah menyampaikan status, keberanian, atau mungkin pengetahuan magisnya.
Kedua mumi itu kira-kira sezaman dengan Ötzi yang berusia 5.300 tahun, mumi Iceman yang ditemukan di Pegunungan Alpen Italia pada tahun 1991. Ötzi memiliki 61 tato geometris di tubuhnya.
Beberapa analis telah berhipotesis bahwa tato Ötzi memiliki tujuan pengobatan, karena ditempatkan pada titik akupunktur yang diketahui. Namun, “Tidak seperti Ötzi, tidak ada indikasi bahwa (tato Mesir) memiliki alasan medis,” kata Friedman.
Baca Juga: Misteri Mumi Mesir Berusia 4.000 Tahun Terpecahkan Berkat Bantuan FBI
Para peneliti juga menemukan perangkat kuno yang berasal dari periode yang sama dengan Gebelein Man A dan Gebelein Woman.
Friedman memaparkan bahwa peralatan itu ditemukan di kuburan Predinastik, dimakamkan dengan seorang wanita yang lebih tua antara usia 40 dan 50 tahun.
Alat itu termasuk palet berbentuk burung yang kemungkinan digunakan untuk menggiling bijih kosmetik, seperti oker, dengan kerikil bulat, yang semuanya ditemukan dalam keranjang, tulis Friedman dalam Ancient Ink: The Archeology of Tattooing. Keranjang itu juga berisi penusuk tulang, yang bisa digunakan untuk tato.
"Kehadiran penusuk seperti itu sebagai bagian dari kit termasuk pigmen, resin, jimat, dan dupa di kuburan wanita yang lebih tua di Hierakonpolis menunjukkan bahwa tato ada di tangan spesialis dan disertai berbagai ritual dan upacara," tulis para peneliti di studi baru.
Antara Gajah, Hutan, dan Kehidupan yang Perlu Diselamatkan
Order now and get it around Saturday, April 30