Nama-Nama Hari dalam Bahasa Inggris
Sebelum mengetahui nama-nama hari dalam bahasa Inggris, perlu kamu ketahui bahwa bahasa Inggris dari hari adalah "day". Berikut daftar nama-nama hari bahasa Inggris beserta pelafalan dan artinya mengutip buku Modul pembelajaran Bahasa Inggris oleh Nike Aditya M.Pd dan Tenia Kurniawati, M.Pd
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahasa merupakan salah satu unsur identitas suatu bangsa. Begitu pula bahasa Indonesia merupakan salah satu identitas nasional bagi bangsa dan negara Indonesia. Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya satu hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945, bersamaan dengan mulai berlakunya Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.
Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Ragam yang dipakai sebagai dasar bagi bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu Riau. Pada Abad ke-19, bahasa Melayu merupakan bahasa penghubung antaretnis dan suku-suku di kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung antaretnis dan suku-suku, dulu bahasa Melayu juga menjadi bahasa penghubung dalam kegiatan perdagangan internasional di wilayah nusantara. Trasaksi antarpedagang, baik yang berasal dari pulau-pulau di wilayah nusantara maupun orang asing, menggunakan bahasa pengantar bahasa Melayu. Bahasa melayu kala itu adalah lingua franca (bahasa pengantar dalam pergaulan) antarwarga nusantara dan dengan pendatang dari manca negara. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa bahasa Melayu ditetapkan sebagai dasar bagi bahasa Indonesia.
Alasan lain mengapa bahasa Melayu dipilih menjadi bahasa nasional bagi negara Indonesia adalah karena hal-hal sebagai berikut. Dibandingkan dengan bahasa daerah lain, misalnya bahasa Jawa, sesungguhnya jumlah penutur bahasa Melayu tidak lebih banyak. Dipandang dari jumlah penuturnya, bahasa Jawa jauh lebih besar karena menjadi bahasa ibu bagi sekitar setengah penduduk Indonesia; sedangkan bahasa Melayu dipakai tidak lebih dari sepersepuluh jumlah penduduk Indonesia. Bahasa Melayu ragam Riau merupakan bahasa yang kurang berarti. Bahasa itu diperkirakan dipakai hanya oleh penduduk kepulauan Riau, Linggau dan penduduk pantai-pantai di Sumatera. Namun di sinilah letak kearifan para pemimpin kita dahulu. Mereka tidak memilih bahasa daerah yang besar sebagai dasar bagi bahasa Indonesia karena dikhawatirkan akan dirasakan sebagai pengistimewaan yang berlebihan.
Alasan kedua, mengapa bahasa Melayu dipilih sebagai dasar bagi bahasa Indonesia adalah karena bahasa itu sederhana sehingga lebih mudah dipelajari dan dikuasai. Bahasa Jawa lebih sulit dipelajari dan dikuasai karena kerumitan strukturnya, tidak hanya secara fonetis dan morfologis tetapi juga secara leksikal. Seperti diketahui, bahasa Jawa memiliki ribuan morfem leksikal dan stuktur gramatikal yang banyak dan rumit. Penggunaan bahasa Jawa juga dipengaruhi oleh struktur budaya masyarakat Jawa yang cukup rumit. Ketidaksederhaan itulah yang menjadi alasan mengapa bukan bahasa Jawa yang dipilih sebagai dasar bagi bahasa Indonesia. Yang sangat menggembirakan adalah bahwa orang-orang Jawa pun menerima dengan ikhlas kebedaraan bahasa Melayu sebagai dasar bagi bahasa Indonesia, meskipun jumlah orang Jawa jauh lebuih banyak daripada suku-suku lain.
Penggunaan bahasa Melayu sebagai lingua franca atau bahasa pergaulan bagi suku-suku di wilayah nusantara dan orang-orang asing yang datang ke wilayah nusantara dibuktikan dalam berbagai temuan prasasti dan sumber-sumber dokumen. Dari dokumen-dokumen yang ditemukan diketahui bahwa orang-orang Cina, Persia dan Arab, pernah datang ke kerajaan Sriwijaya di Sumatera untuk belajar agama Budha. Pada sekitar abad ke-7 kerajaan Sriwijaya merupakan pusat internasional pembelajaran agama Budha, dan negara yang terkenal sangat maju perdagangannya. Kala itu, bahasa Melayu merupakan bahasa pengantar dalam pembelajaran agama Budha dan perdagangan di Asia Tenggara. Bukti-bukti yang menyatakan hal itu adalah prasasti-prasasti yang ditemukan di Kedukan Bukit di Palembang (683 M), Talang Tuwo di Palembang (684 M), Kota Kapur (686 M), Karang Birahi di Jambi (688 M). Prasasti-prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari dan berbahasa Melayu Kuno. Bahasa Melayu Kuno ternyata tidak hanya dipakai pada masa kerajaan Sriwijaya saja karena di Jawa Tengah (Ganda Suli) juga ditemuka prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu kuno.
Pada masa keemasan kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa kebudayaan dan pendidikan. Waktu itu bahasa Melayu dipakai dalam buku-buku pelajaran agama Budha. Seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain menyatakan bahwa di Sriwijaya kala itu ada bahasa yang bernama Koen Loen yang berdampingan dengan bahasa Sanskerta. Sebutan Koen-Luen bermakna bahasa perhubungan (lingua franca), yaitu bahasa Melayu (Ali Syahbana, 1971).
Sejarah bahasa Melayu yang telah lama menjadi lingua franca tampak makin jelas dari peninggalan-peninggalan kerajaan Islam, antara lain tulisan pada batu nisan di Minye Tujah, Aceh (tahun 1380 M) dan karya sastra abad 16-17, misalnya syair Hamzah Fansuri yang berisi hikayat raja-raja Pasai dan buku Sejarah Melayu, yaitu Tajussalatin dan Bustanussalatin. Selanjutnya, bahasa Melayu menyebar ke seluruh pelosok nusantara bersama dengan menyebarnya agama Islam di wilayah.
Meskipun dipakai oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Bahasa ibu bagi sebagian besar warga Indonesia adalah salah satu dari 748 bahasa daerah yang ada di Indonesia. Dalam pemakaian seharihari, Bahasa Indonesia kerap dicampuradukkan dengan dialek Melayu lain atau bahasa daerah penuturnya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa Bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
Telah disampaikan bahwa Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang telah digunakan sebagai lingua franca di Nusantara sejak dulu. Dari prasasti-prasasti dan peninggalan kuno diketahui bahwa bahasa Melayu telah digunakan sejak jaman kerjaan Sriwijaya, yang kemudian berkembang pesat penggunaannya karena diperkaya dengan kata-kata dan istilah pinjaman dari bahasa Sanskerta, suatu bahasa Indo-Eropa dari cabang Indo-Iran. Jangkauan penggunaan bahasa ini pun cukup luas, karena ditemukan pula dokumendokumen dari abad berikutnya di Pulau Jawa dan Pulau Luzon. Kata-kata seperti samudra, istri, raja, putra, kepala, kawin, dan kaca adalah kata-kata pinjaman dari bahasa Sanskerta.
Pada abad XV Masehi, berkembang varian baru bahasa Melayu yang disebut sebagai bahasa Melayu Klasik (classical Malay atau medieval Malay). Bahasa Melayu varian ini digunakan sebagai bahasa pengantar di wilayah Kesultanan Melaka. Pada periode selanjutnya, bahasa Melayu varian ini disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Tome Pires, seorang pedagang asal Portugis menyebutkan adanya bahasa yang dipahami oleh semua pedagang di wilayah Sumatera dan Jawa. Pada masa itu bahasa Melayu Tinggi banyak dipengaruhi oleh kosa kata bahasa Arab dan bahasa Parsi, sebagai akibat dari penyebaran agama Islam yang mulai masuk sejak abad ke-12. Kata-kata bahasa Arab seperti masjid, kalbu, kitab, kursi, selamat, dan kertas, serta kata-kata Parsi seperti anggur, cambuk, dewan, saudagar, tamasya, dan tembakau masuk pada periode ini. Proses penyerapan dari bahasa Arab terus berlangsung hingga sekarang.
Pada masa selanjutnya, para pedagang dari Portugis, Belanda, Spanyol, dan Inggris mulai berdatangan. Mereka kemudian banyak mempengaruhi perkembangan bahasa Melayu. Bahasa Portugis banyak memperkaya kata-kata yang diambil dari kebiasaan Eropa dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Melayu kemudian mengenal kosa kata baru, seperti gereja, sepatu, sabun, meja, bola, bolu, dan jendela. Bahasa Belanda memperkaya kosa kata bahasa Melayu di bidang administrasi dan kegiatan resmi (misalnya dalam upacara dan kemiliteran), dan teknologi. Kata-kata seperti asbak, polisi, kulkas, knalpot, dan stempel adalah pinjaman dari bahasa itu.
Para pedagang dari Cina juga ikut memperkaya kosa kata bahasa Melayu, terutama yang berkaitan dengan perniagaan dan keperluan sehari-hari. Kata-kata seperti pisau, tauge, tahu, loteng, teko, tauke, dan cukong berasal dari kosa kata bahasa Cina. Jan Huyghen van Linschoten pada abad ke-17 dan Alfred Russel Wallace pada abad ke-19 menyatakan bahwa bahasa orang Melayu/Melaka dianggap sebagai bahasa yang paling penting di “dunia timur”. Luasnya penggunaan bahasa Melayu ini melahirkan berbagai varian lokal dan temporal. Bahasa perdagangan menggunakan bahasa Melayu di berbagai pelabuhan Nusantara bercampur dengan bahasa Portugis, bahasa Tionghoa, maupun bahasa setempat. Terjadi proses pidginisasi di beberapa kota pelabuhan di kawasan timur Nusantara, misalnya di Manado, Ambon, dan Kupang. Orang-orang Tionghoa di Semarang dan Surabaya juga menggunakan varian bahasa Melayu pidgin. Terdapat pula bahasa Melayu Tionghoa di Batavia. Varian yang terakhir ini malah dipakai sebagai bahasa pengantar bagi beberapa surat kabar pertama berbahasa Melayu (sejak akhir abad ke-19). Varian-varian lokal ini secara umum dinamakan bahasa Melayu Pasar oleh para peneliti bahasa.
Tonggak penting bagi bahasa Melayu terjadi ketika pada pertengahan abad ke-19 Raja Ali Haji dari istana Riau-Johor (pecahan Kesultanan Melaka) menulis kamus bahasa Melayu. Sejak saat itu kedudukan bahasa Melayu menjadi setara dengan bahasa-bahasa lain di dunia, karena memiliki kaidah dan dokumentasi kata yang terdefinisi dengan jelas. Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua kelompok bahasa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Pasar yang kolokial dan tidak baku serta bahasa Melayu Tinggi yang terbatas pemakaiannya tetapi memiliki standar. Bahasa ini dapat dikatakan sebagai lingua franca, tetapi kebanyakan berstatus sebagai bahasa kedua atau ketiga.
Dengan mengamati perkembangannya, pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan menyandarkan diri pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab rujukan) sejumlah sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Pengenalan bahasa Melayu pun dilakukan di sejumlah institusi pemerintah, seperti sekolah-sekolah dan lembaga pemerintahan. Sastrawan juga mulai menulis karyanya dalam bahasa Melayu. Sebagai dampaknya, terbentuklah cikal-bakal bahasa Indonesia yang secara perlahan mulai terpisah dari asal-usulnya, yaitu bahasa Melayu Riau.
Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat. Di tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan Van Ophuijsen. Pada tahun 1904 wilayah Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah jajahan Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson. Tahun 1896 dimulai penyusunan ejaan Van Ophuysen yang diawali penyusunan Kitab Logat Melayu (dimulai tahun 1896) oleh van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Menyadari akan pentingnya kedudukan bahasa Melayu, campur tangan pemerintah semakin kuat. Pada tahun 1908 pemerintah kolonial membentuk Commissie voor de Volkslectuur atau “Komisi Bacaan Rakyat” (KBR). Lembaga ini merupakan embrio Balai Poestaka. komisi ini. Di bawah pimpinan D.A. Rinkes, pada tahun 1910 KBR melancarkan program Taman Poestaka dengan membentuk perpustakaan kecil di berbagai sekolah pribumi dan beberapa instansi pemerintah. Perkembangan program ini sangat pesat, dalam dua tahun telah terbentuk sekitar 700 perpustakaan. Cara ini ditempuh oleh pemerintah kolonial Belanda karena melihat kelenturan bahasa Melayu Pasar yang dapat mengancam eksistensi jajahanannya. Pemerintah kolonial Belanda berusaha meredamnya dengan mempromosikan bahasa Melayu Tinggi, diantaranya dengan penerbitan karya sastra dalam Bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Namun, bahasa Melayu Pasar sudah telanjur berkembang dan digunakan oleh banyak pedagang dalam berkomunikasi.
Pada tahun 1917 pemerintah kolonial belanda mengubah KBR menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, bukubuku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
Sumber: Purnanto, A.W. 2019. Pengantar Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Magelang: Unimma Press
Gatotkaca adalah salah satu tokoh paling ikonik dalam pewayangan Jawa. Keberadaannya tidak hanya sebagai ksatria dengan kekuatan luar biasa, tetapi juga sebagai simbol keberanian, pengorbanan, dan kebenaran. Artikel ini akan menjelajahi asal usul Gatotkaca dalam konteks pewayangan Jawa, menggali latar belakang mitologinya, serta peran dan simbolisme yang ia wakili dalam budaya Jawa.
Latar Belakang MitologiGatotkaca adalah putra Bima, salah satu dari lima Pandawa, dan Arimbi, seorang putri raksasa dari Kerajaan Pringgandani. Kisah ini merupakan adaptasi dari mitologi India yang diambil dari epos Mahabharata, di mana Gatotkaca dikenal dengan nama Ghatotkacha. Nama ini berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti "berkepala seperti pot", mencerminkan kekuatan dan penampilan fisiknya yang unik.
Menurut cerita, Bima bertemu Arimbi saat menjalani pengembaraan di hutan. Arimbi, yang terkesan dengan kekuatan dan ketampanan Bima, jatuh cinta kepadanya. Setelah melalui berbagai ujian dan pertempuran, Bima menikahi Arimbi dan dari pernikahan ini lahirlah Gatotkaca.
Kemampuan dan Kekuatan
Sejak lahir, Gatotkaca menunjukkan tanda-tanda kekuatan luar biasa. Saat masih bayi, ia sudah memiliki kekuatan melebihi manusia biasa. Dalam pewayangan, Gatotkaca memiliki kemampuan untuk terbang tanpa sayap, tubuh yang kebal terhadap senjata, serta tenaga yang sangat kuat. Kemampuan ini diperoleh dari berbagai pusaka dan berkah dewa-dewa.
Salah satu cerita populer tentang Gatotkaca adalah saat ia masih bayi dan harus menjalani ritual "penempa besi" atau "cambuk besi" untuk menguji kekuatan dan ketahanannya. Dalam ritual ini, Gatotkaca ditempa dengan besi panas dan diberi minum air yang mendidih, tetapi ia tetap selamat dan bahkan semakin kuat.
Peran dalam Perang Bharatayudha
Dalam epos Mahabharata, dan adaptasinya dalam pewayangan Jawa, Gatotkaca memainkan peran penting dalam perang Bharatayudha, perang besar antara Pandawa dan Kurawa. Ia dikenal sebagai salah satu ksatria yang paling kuat dan menjadi andalan pihak Pandawa dalam berbagai pertempuran.
Salah satu kisah yang sangat terkenal adalah saat kematian Gatotkaca. Dalam perang tersebut, ia menghadapi Karna, ksatria dari pihak Kurawa yang memiliki senjata sakti bernama Kontawijaya. Meskipun Gatotkaca memiliki kekuatan dan kemampuan luar biasa, akhirnya ia tewas setelah terkena senjata Kontawijaya yang dilepaskan oleh Karna. Namun, kematian Gatotkaca tidak sia-sia; ia berhasil menghancurkan banyak pasukan Kurawa dan memperlambat kemajuan mereka, memberikan waktu dan keuntungan strategis bagi Pandawa.
Simbolisme dalam Budaya Jawa
Lihat Sosbud Selengkapnya
Bahasa Inggris adalah perpaduan kata-kata yang aneh dari seluruh dunia, yang ditempa melalui ribuan tahun invasi, perang, ekspansi kolonial, dan perkembangan ilmiah dan budaya.
Dari sekitar 750.000 kata, kami telah mengidentifikasi kata yang paling indah, paling lucu, dan paling aneh – tetapi kata bahasa Inggris mana yang memiliki asal paling aneh?
Sandwich mendapatkan nama (aneh) mereka dari Earl of Sandwich ke-4, seorang politisi dan bangsawan Inggris abad ke-18.
Keadaan penemuan sandwich yang diduga oleh Lord Sandwich adalah subyek perdebatan panas di kalangan ahli bahasa. Beberapa orang percaya bahwa dia menghabiskan makanannya di antara dua potong roti sehingga dia tidak harus meninggalkan meja judi kesayangannya, dan bahwa sesama penjudi mulai meminta para pelayan untuk “sama dengan Sandwich” dan, kemudian, hanya “sandwich”. Lainnya (mereka yang mungkin lebih menghormati pekerjaan Lord Sandwich) percaya dia makan makanan dengan cara ini hanya agar dia bisa tetap di mejanya dan memenuhi komitmen politiknya.
Secara teknis, penutur bahasa Inggris telah mencuri ini dari Dewa Yunani. Clue itu diambil dari kata ‘clew’ Dalam mitologi Yunani. Ketika Mintatour – monster dengan tubuh manusia dan kepala banteng – menjebak raja mitos, Theseus, di labirin, Theseus dikatakan telah melarikan diri menggunakan bola benang atau ‘cakar (clew)’. Dia menggunakan benang untuk melacak jalannya sehingga dia bisa mengikutinya kembali jika dia tersesat.
Jadi, “clew” berarti sesuatu yang memandu jalan Anda, dan kemudian ini dalam arti yang lebih luas yaitu menawarkan bimbingan untuk menemukan kebenaran.
Kami memiliki banyak kata untuk pembuat onar dalam bahasa Inggris: ruffian, thug, hoodlum, yob, chav, lout. Daftarnya tidak ada habisnya. Setiap kata tidak hanya memiliki makna bernuansa sendiri, tetapi juga sering menyarankan sesuatu tentang wilayah mana pembicara dari Inggris ini berasal.
Tetapi jika Anda disebut hooligan, asal-usulnya kurang jelas. Menurut Kamus Etimologi Bahasa Inggris Oxford, nama itu berasal dari nama keluarga racaus Irlandia – Houlihan – disebutkan dalam sebuah lagu lama dari tahun 1890-an. Teori lain adalah bahwa pada masa kebangkitan Jacobite tahun 1745, seorang komandan Inggris salah mendengar kata Gaelik Skotlandia untuk pengusir hama serangga – “meanbh-chuileag” – dan menciptakan kata “hooligan” untuk mengungkapkan rasa frustrasinya pada semua pengusir hama yang mengganggu. Kemudian untuk menggambarkan apa pun atau siapa pun yang sama menjengkelkannya dengan pengusir hama!
Guru di negara-negara berbahasa Inggris sering putus asa karena terlalu sering menggunakan kata sifat “nice” dalam tulisan siswa mereka. Dan ternyata mereka sekarang memiliki lebih banyak alasan untuk melarang menggunakan kata itu di kelas – istilah itu awalnya negatif, yang berarti “ignorant” atau “foolish”.
Ahli bahasa melacak banyak kemungkinan asal-usul kata ini. Ini mungkin telah berkembang dari versi Perancis Kuno ‘nice’ pada akhir abad ke-13 atau dari bahasa Latin ‘necius’. Diperkirakan perlahan-lahan menjadi positif seiring waktu karena, setelah diperkenalkan ke dalam bahasa Inggris, kata itu sering digunakan untuk merujuk pada seseorang yang berpakaian berlebihan. Kemudian, hal ini membingungkan dengan referensi untuk sesuatu yang halus atau seseorang yang berpakaian “nicely”.
Sekarang Anda memiliki lebih banyak alasan untuk menikmati waktu mandi Anda. Kata sampo berasal dari bahasa Hindi, dan berarti ‘memijat’. Berasal dari akar bahasa Sansekerta chapati (चपति), kata ini awalnya mengacu pada semua jenis penekanan, pemijatan, atau penenangan. Definisi itu kemudian diperluas menjadi ‘mencuci rambut’ pada tahun 1860, dan baru pada tahun 1950-an maknanya diperluas lebih lanjut untuk merujuk pada pencucian karpet dan bahan lainnya.
Cukup jelas dari mana bagian pertama dari kata “nightmare” berasal. Tapi bagaimana dengan bagian “mare”? Sementara penunggang kuda di antara kalian akan bertanya-tanya apakah itu ada hubungannya dengan kuda, ini menyesatkan. “Mare” sebenarnya mengacu pada goblin perempuan yang duduk di atas Anda, mencekik Anda saat Anda tidur, menjerat rambutnya di sekitar Anda dalam “marelock”, dan mencoba untuk menimbulkan pikiran buruk. Cukup mimpi buruk, bukan?
Asal usul kata “Shambles” benar-benar berantakan. Sungguh ironis, karena shambles secara harfiah berarti “kekacauan yang nyata”. Tidak jarang mendengar penutur bahasa Inggris mengeluh bahwa “hidup mereka berantakan!”
Istilah ini dikatakan berasal dari istilah Latin “scamillus”, yang berarti bangku kecil (seperti kursi). Tetapi pada saat yang sama istilah ‘scamillus’ digunakan, kata “shambles”, dalam bentuk yang kita miliki sekarang, juga digunakan untuk merujuk pada bangku. Kami tidak benar-benar tahu mengapa kedua istilah itu digunakan tetapi pada titik tertentu arti dari ‘scamillus’ menjadi lebih spesifik untuk membedakannya dari yang lain; Itu hanya mengacu pada bangku di mana sesuatu dijual.
Beberapa tahun kemudian, arti ‘scamillus’ disempurnakan lebih lanjut menjadi bangku (atau kios) tempat daging dijual. Kemudian, itu berarti pasar daging. Selanjutnya, itu berarti rumah jagal. Dan akhirnya, di suatu tempat di sepanjang garis kami mulai menggunakan kata “berantakan” untuk membuat permainan kata-kata cerdas tentang bagaimana hidup kita berantakan berdarah, seperti rumah jagal.
“Tatto” mendapatkan namanya dari kata Polinesia “tatau” yang berarti “tanda yang dibuat di kulit”. Istilah dalam bentuk ini dikembangkan dari kata Samoa ‘tattow’ yang berarti ‘menyerang’.
Penggunaannya yang pertama kali diketahui dalam bahasa Inggris muncul pada tahun 1786 di jurnal Kapten James Cook, Endeavour, di mana dia menggambarkan tradisi tato di antara orang-orang yang dia temui selama perjalanannya di Polinesia. Praktek tato sudah ada di Inggris sebelum ini, tetapi sebelum kita memperoleh kata pinjaman dari Polinesia itu disebut sebagai bentuk ‘lukisan’. Faktanya, ketika seorang pria asli Indonesia dari New Guinea dengan sedih dibawa ke Inggris sebagai budak pada tahun 1691, ia dikenal di kalangan orang Inggris sebagai “Pangeran yang Dilukis” karena tanda-tanda di tubuhnya.
Saus tomat terkenal yang Anda oleskan di atas kentang goreng mungkin tidak selalu terasa seperti sekarang. Ada banyak teori tentang dari mana istilah itu berasal, tetapi referensi pertama yang diperkirakan untuk itu mungkin pada awal abad ke-17, ketika orang Cina menggunakan “kôe-chiap” (鮭汁) untuk merujuk pada campuran acar ikan dan rempah-rempah. Dan rekaman pertama kecap dalam bahasa Inggris tercantum dalam kamus tahun 1690 yang dieja ‘Catchup’.
Istilah catur ‘checkmate’ dikatakan berasal dari kata Persia “shāh māt” (شاه ات), yang diterjemahkan menjadi ‘raja tidak berdaya’. Namun, saat catur melakukan perjalanan melalui dunia Arab menuju Eropa, dan kata Arab untuk ‘mati’ adalah ‘māta’ (مَاتَ), juga dikatakan berarti ‘raja sudah mati’. Banyak yang keberatan dengan penelusuran kedua dari etimologi istilah ini karena ‘shāh’ atau ‘raja’ dalam catur tidak mati, dia ‘hanya ditekan ke posisi di mana dia tidak bisa melarikan diri’.
Shakespeare bukan satu-satunya penulis yang memperkenalkan kata-kata baru ke dalam bahasa Inggris. Kata bahasa Inggris ‘robot’ berasal dari kata Ceko ‘robota’, yang berarti ‘kerja paksa’. Kata yang diperkenalkan kembali pada tahun 1920 oleh penulis Karel Čapek dalam drama fiksi ilmiahnya, ‘R.U.R’ (‘Rossom’s Universal Robots’), yang mengeksplorasi gagasan untuk membuat manusia sintetis. Menariknya, dia kemudian mengungkapkan bahwa dia tidak menciptakan kata itu sendiri, sebenarnya saudaranya yang adalah seorang penulis, tetapi terkenal karena karyanya sebagai pelukis.
Istilah barbecue berasal dari kata Karibia ‘barbakoa’ yang berarti ‘bingkai tongkat’. Masuk akal. Bagian yang menarik adalah bahwa penggunaan ‘barbecue’ pertama yang tercatat dalam bahasa Inggris lebih sebagai kata kerja, bukan sebagai kata benda. Meskipun pertama kali muncul dalam bentuk kata benda ‘barbecado’ pada tahun 1648 dalam kalimat ‘the Indians not salt doe barbecado or dry and smoak fish’ (orang India tidak mengasinkan doe barbecado atau ikan kering dan asap), kemudian muncul sebagai ‘barbecue’ pada tahun 1661, dalam kalimat “some are slain, and their flesh forthwith Barbacu’d and eat” (beberapa dibunuh, dan daging mereka segera dibakar dan dimakan). Jadi itu harus mengakhiri perdebatan tentang apakah barbecue dapat digunakan sebagai kata kerja.
Adanya nama hari dan tanggal akan memudahkan orang-orang untuk memperkirakan waktu kejadian dan untuk merencanakan suatu kegiatan. Dalam satu tahun, ada 12 bulan. Setiap bulannya memiliki 4-5 minggu.
Nah, dalam satu minggu terdapat tujuh hari mulai dari Senin hingga Minggu. Sudahkah kamu mengetahui nama-nama hari dalam bahasa Inggris?
Asal Kata Nama-Nama Hari dalam Bahasa Inggris
Nama-nama hari dalam bahasa Inggris pun ternyata memiliki asal kata. Mengutip Vedantu, berikut di antaranya:
Contoh Kalimat dari Nama-Nama Hari dalam Bahasa Inggris
Setelah mengetahui nama-nama hari dari bahasa Inggris, ketahui contoh kalimat dan artinya berikut ini. Ada kalimat yang menyertakan hari Senin (Monday) hingga Minggu (Sunday)
1. My sister usually goes to the movies on Sunday (Saudara perempuanku biasanya ke bioskop pada hari Minggu
2. I go to visit my cousin next Saturday (Aku akan mengunjungi sepupuku Sabtu depan)
3. This store closed every Friday (Toko ini tutup setiap hari Jumat)
4. We're going to vacation to Lombok on Thursday. (Kita akan pergi ke Lombok pada hari Kamis)
5. Searchers have found four mountain climbers missing since Tuesday (Para pencari menemukan empat pendaki gunung yang hilang sejak hari Selasa)
6. I'm going to the mall on Sunday with my friends (Saya akan pergi ke mall pada hari Minggu bersama teman-teman.)
7. We'll discuss this at Monday's meeting (Kita akan membahas ini di pertemuan hari Senin).
Itulah nama-nama hari dalam bahasa Inggris beserta arti dalam bahasa Indonesia, asal kata hingga contoh kalimatnya. Semoga artikel ini membantumu ya.